Asfiksia atau kegagalan bernapas spontan pada saat bayi lahir, memperbesar kematian bayi. Oleh karena itu, peristiwa asfiksia ini harus dicegah. Pencegahan dilakukan baik saat masih janin atau bayi dalam kandungan maupun saat bayi dilahirkan.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa dari 4 - 9 juta bayi lahir dengan kondisi asfiksia yang menyebabkan 1,2 juta bayi meninggal dan 1,2 juta bayi mengalami komplikasi berat.
Bayi baru lahir dianggap asfiksia jika nilai keasaman pada arteri umbilical kuraang dari 7, nilai APGAR 0 - 3 setelah lima menit, terdapat manifestasi saraf seperti koma, kejang, atau hipotoni (layu). Selain itu, gagalnya beberapa fungsi organ seperti gangguan pada jantung, sistem darah, pencernaan, paru, dan ginjal.
Asfiksia ini bisa terjadi saat dalam kandungan (antepartum) 50 persen, setelah dilahirkan (intrapartum) 40 persen, dan kombinasi 10 persen. Biasanya, pada negara maju terjadi pada waktu intrapartum, sedangkan pada negara berkembang lebih banyak terjadi pada antepartum.
Ada beberapa faktor risiko terjadinya asfiksia, di antaranya adalah sebagai berikut.
- Usia ibu di bawah 16 tahun dan di atas 35 tahun saat hamil.
- Penggunaan obat terlarang.
- Perdarahan pada trimester ke-2 atau ke-3.
- Kehamilan kembar (ganda).
- Kehamilan kurang atau lebih bulan.
- Pertumbuhan janin terhambat.
- Berkurangnya gerakan janin.
Sedangkan faktor risiko terjadinya asfiksia saat kelahiran yaitu bila penggunaan narkotika kurang dari empat jam sebelum persalinan, anestesi umum, plasenta previa, dan ketuban pecah dini.,
Sementara risiko terjadinya asfiksia dari faktor bayi yakni bila persalinan dengan tindakan bedah caesar, tidak sempat mengejan sudah langsung lahir, mengejan terlalu lama, dan lain sebagainya. Untuk menghindari hal tersebut, sangat dibutuhkan pengontrolan selama kehamilan serta ketika persalinan.
Waspadai Asfiksia Ketika Kelahiran Bayi
Reviewed by Munadi
on
10:13:00 AM
Rating:
Tidak ada komentar: