Anak yang tumbuh dengan sehat dan cerdas merupakan dambaan dari setiap orangtua. Hal-hal yang berperan penting dalam mendukung kecerdasan sang anak di antaranya adalah faktor genetik, pemberian nutrisi, dan stimulasi. Ini penting sekali pada masa-masa balita saat pertumbuhan otaknya mencapai 90 persen.
Selain makronutrien seperti lemak, protein, dan karbohidrat, yang paling penting juga adalah terpenuhinya mikronutrien seperti zat besi, seng, vitamin A, dan juga kalsium.
Mikronutrien tersebut mampu untuk membantu anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Sebaliknya, bila kekurangan nutrien, maka akan menimbulkan dampak yang besar juga. Bahkan dapat mengganggu produktivitas sang anak ketika dewasa nanti.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi malnutrisi pada balita dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Prevalensi anemia pada balita 12 - 59 bulan mencapai 28,1%. Hal ini berarti satu dari empat balita di Indonesia mengalami anemia. Di samping itu, Riskesdas juga menunjukkan 1 dari 3 balita Indonesia menderita stunting (pendek).
Balita yang mengalami anemia akan memengaruhi perkembangan kognitifnya. Anak yang mengalami kekurangan mikronutrien secara umum mempunyai skor IQ yang rendah. IQ merupakan intelligence quotient atau skor yang mengukur tingkat kecerdasan seseorang. Dikatakan IQ normal bila memiliki skor 91 - 110.
Selama pemberian ASI eksklusif 6 bulan pertama, maka pemenuhan zat besi dan mikronutrien lain dapat terpenuhi melalui ASI. Zat besi di dalam ASI sudah tidak mencukupi lagi di atas usia 6 bulan. Oleh karena itu, anak membutuhkan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Contohnya, Angka Kecukupan Gizi (AKG) zat besi untuk anak usia 7 sampai 11 bulan sebanyak 7 mg per hari.
Selain makronutrien seperti lemak, protein, dan karbohidrat, yang paling penting juga adalah terpenuhinya mikronutrien seperti zat besi, seng, vitamin A, dan juga kalsium.
Mikronutrien tersebut mampu untuk membantu anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Sebaliknya, bila kekurangan nutrien, maka akan menimbulkan dampak yang besar juga. Bahkan dapat mengganggu produktivitas sang anak ketika dewasa nanti.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi malnutrisi pada balita dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Prevalensi anemia pada balita 12 - 59 bulan mencapai 28,1%. Hal ini berarti satu dari empat balita di Indonesia mengalami anemia. Di samping itu, Riskesdas juga menunjukkan 1 dari 3 balita Indonesia menderita stunting (pendek).
Balita yang mengalami anemia akan memengaruhi perkembangan kognitifnya. Anak yang mengalami kekurangan mikronutrien secara umum mempunyai skor IQ yang rendah. IQ merupakan intelligence quotient atau skor yang mengukur tingkat kecerdasan seseorang. Dikatakan IQ normal bila memiliki skor 91 - 110.
Selama pemberian ASI eksklusif 6 bulan pertama, maka pemenuhan zat besi dan mikronutrien lain dapat terpenuhi melalui ASI. Zat besi di dalam ASI sudah tidak mencukupi lagi di atas usia 6 bulan. Oleh karena itu, anak membutuhkan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Contohnya, Angka Kecukupan Gizi (AKG) zat besi untuk anak usia 7 sampai 11 bulan sebanyak 7 mg per hari.
Skor IQ Bisa Rendah Bila Kekurangan Ini
Reviewed by Munadi
on
12:57:00 PM
Rating:
Tidak ada komentar: